Harga Bawang Merah di Kotamobagu Kembali Stabil
Kotamobagu,WB—Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Di Kota Kotamobagu sendiri, inflasi tersebut tengah memicu harga komoditas bawang merah meroket.
Menurut Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkop-UKM) Kotamobagu, Herman J. Aray, inflasi ini terjadi pada bulan Juni lalu. Meski demikian kata Aray, penyebab dari naiknya nilai jual komoditas ini sudah terkendali pada beberapa pekan terakhir.
“Ketersediaan bawang merah di pasaran cukup aman dan harganya sudah stabil. Bahkan produk-produk pertanian lain juga sudah turun, seperti cabai dan tomat, itu sudah turun,” ujar Aray, dikutip dari laman Indonesiapost.net
Guna menstabilkan harga dari komoditas bawang merah lanjut Aray, pihak mereka tidak hanya mengambil dari petani dan pedagang lokal, namun juga mendatangkan bawang dari luar daerah. Hal ini dimaksud untuk memenuhi permintaan masyarakat.
“Untuk bawang merah lokal ketersediaan di daearah sudah banyak. Sehingga tak ada lagi kenaikan harga bawang yang bisa memicu inflasi. Tapi memang kualitas lokal ini masih harus bersaing dengan yang dari luar seperti dari Bima, NTB,” kata Aray.
Meski demikian, Aray mengklaim tidak ada keluhan dari petani maupun pedagang lokal terkait impor bawang merah dari luar daerah. “Bahkan pasaran bawang merah beberapa minggu terakhir cukup bagus. Stoknya banyak, tidak langka,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) Kotamobagu telah merilis tingkat inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kotamobagu pada Juni 2020 pada laman resmi kotamobagukota.bps.go.id. Dari besaran inflasi sebesar 1,23 persen, bawang merah menjadi komoditas paling dominan dalam menyumbang inflasi, yakni sebesar 0,5052 persen. Menyusul bawang merah, ada daun bawang yang menjadi penyumbang inflasi kedua tertinggi yakni sebesar 0,2421 persen.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.