Dulu Pengangguran, Joshua Wullur Kini Sukses di Tanah Australia: Terima Gaji Rp70 Juta per Bulan
WARTABOLMONG.NEWS-Setelah lulus sebagai Sarjana di Universitas Jayabaya di ibu kota Jakarta, Joshua Denis Wullur pulang kampung halaman di Kotamobagu Sulawesi Utara (Sulut), hidup bersama keluarga Ayah dan Ibunya.
Joshua pun mulai menikmati masa bebasnya setelah 3 tahun kuliah. Kemudian dia menjalani hidup di Kota kecil itu dengan mencoba bertani menanam jagung di lahan pekuburan khusus keturunan tionghoa di puncak gunung Ilongkow Kelurahan Kotobangon Kecamatan Kotamobagu Timur.
Sekira 2 tahun dia menggeluti pekerjaan berkebun itu sambil menunggu bisa mendapatkan kerja yang layak dan cocok dengannya. Namun sayang, harapan bisa mendapatkan kerja agar bisa berpenghasilan tetap, belum ada hasil, sampai akhirnya dia berhenti menjadi petani karena penghasilan bertani jagung tidak bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Jojo Swag panggilan akrab, pun akhirnya menjadi pengangguran seperti tidak ada masa depan, yang kerjanya setiap hari hanya keluyuran dan nongkrong dengan teman-temannya. Setelah merenung dan sudah bosan dengan kondisinya yang tak ada arah, Jojo pun memutuskan harus keluar merantau meninggalkan Kotamobagu untuk mencari kerja.
Melihat ada peluang bisa mendapatkan kerja di negara Australia, tanpa berpikir panjang, serta harus meninggalkan keluarga dan pacar kesayangannya, Januari 2025 Jojo langsung mempersiapkan diri dan berangkat terbang ke Australia.
Motivasi Joshua Merantau ke Australia
Alasan utama yang mendorongnya merantau ke Negeri Kanguru itu, adalah untuk merubah nasib agar masa depannya bisa baik membuat orang tuanya bangga.
“Saya ingin keluar dari zona nyaman jadi pengangguran terus di Kotamobagu, yang setiap hari hidup tidak ada arah,” kata Jojo, Rabu 17 September 2025.
Joshua kini telah tinggal di Australia, dan sudah bekerja di Restoran dan Pabrik Daging ternama.
“Dengan modal nekat, akhirnya saya bisa kerja sekarang dengan gaji yang sangat memuaskan,” kata dia.
Proses Panjang dan Tantangan Awal
Untuk bisa tiba dan bekerja secara legal di Australia, Joshua melalui tahapan administratif yang tidak gampang, mulai dari menyiapkan dokumen, pemeriksaan kesehatan, hingga membeli tiket pesawat—semuanya ia lakukan sendiri, tanpa bantuan agen.
Namun, rupanya tantangan awal muncul saat ia harus menyesuaikan diri dengan aksen lokal.
“Saya cukup kesulitan memahami aksen lokal yang cepat dan berbeda dari bahasa Inggris yang biasa saya pelajari,” ujarnya.
Selain itu, sebagai warga Indonesia yang terbiasa dengan iklim tropis, Joshua harus menyesuaikan diri dengan cuaca dingin. “Saya datang pas musim dingin, tapi saya bisa melaluinya dan lama-lama mulai terbiasa,” ujarnya.
Proses Cari Kerja yang Lebih Simpel
Begitu tiba di Australia, Joshua langsung mencari pekerjaan dengan berbagai cara. Ia menyebar CV ke kafe dan toko secara door-to-door, sampai akhirnya direkrut menjadi karyawan restoran dan pabrik daging
“Proses rekrutmennya lebih simpel dibandingkan di Indonesia. CV hanya berisi data diri, pengalaman kerja, dan kontak, tanpa foto, ijazah, atau dokumen tambahan.
Umumnya CV diserahkan langsung dalam bentuk cetak, tanpa amplop juga tidak masalah,” ucapnya.
Ia menambahkan, banyak tempat kerja di Australia yang menerapkan sistem percobaan selama tiga jam untuk menilai kemampuan kerja secara langsung.
Jadi Pelayan Restoran Sampai Menjadi Karyawan Pabrik Daging
Dari pekerjaan-pekerjaan tersebut ia bisa memperoleh upah l sekitar Rp 70.000.000 Juta per bulan, sangat lumayan cukup kata dia dibandingkan dengan upah yang ada di Indonesia.
“Dengan upah sebesar itu, saya masih bisa menabung dan membeli apa yang saya suka,” kata dia.
Sistem Tenaga Kerja di Australia
Menurutnya sistem ketenagakerjaan di Australia terstruktur dengan baik, terutama jika bekerja di bawah perusahaan besar. Jam kerja, waktu istirahat, dan lembur dihitung secara adil.
“Mereka sangat disiplin datang harus tepat waktu, dan pulang juga sesuai jam kerja. Jika lembur, upah dihitung secara adil. Waktu istirahat juga wajib diberikan,” tuturnya.
Aturan soal perundungan dan pelecehan ditegakkan secara ketat di Australia, jika ada yang melanggar, akan langsung ditindaklanjuti.
“Sejauh ini saya belum pernah mengalami diskriminasi. Justru saya merasa dihargai,” ujarnya
Ia mengingatkan anak muda yang tertarik mengikuti jejaknya untuk rajin mengulik informasi sejak awal.
“Kumpulkan informasi sebanyak mungkin, lalu jalani prosesnya dengan sabar,” tuturnya.
Informasi tersebut, kini bisa dengan mudah didapatkan melalui media sosial, YouTube, Google, hingga teman yang lebih dulu merantau.(Nox)